Selasa, 18 Desember 2012

MEDIA JADI DAN MEDIA RANCANGAN


Dilihat dari pengadaannya media dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
·         Media jadi,
·         Media rancangan

Media jadi ( Media by utilization ) yaitu, media yang sudah ada di sekolah dan yang tersedia di pasaran , dalam hal ini media yang dirancang khusus oleh perusahaan tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan biasanya dibuat secara masal. Disebut juga media siap pakai.

Media rancangan ( media by design ) yaitu, media yang dirancang sendiri khusus oleh guru sesuai dengan tujuan kebutuhan pembelajaran tertentu dan biasanya tidak ada di pasaran.

Kelebihan dari media jadi
Ø  Hemat waktu : Guru tidak usah repot-repot mencari media pembelajara karena mungkin sekolah sekolah  sudah mempunyai dan tinggal menggunakan   .
Ø  Hemat biaya  : Jika dibandingkan dengan membuat sendiri harga media jadi jauh lebih murah.
Ø  Hemat tenaga : Guru tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan memeras otak untuk merancang media pembelajaran karena memang sudah tersedia.
Ø  Dijual bebas 

Kekurangan dari media jadi:
v  Belum tentu sesuai dengan tujuan atau kebutuhan dalam proses pembelajaran . Contoh sederhana:
Pada saat kita menyampaikan pelajaran IPS tentang wilayah Indonesia, peta Indonesia yang tersedia di sekolah ukurannya kecil , dilihat dari siswa yang duduk dibelakang tidak jelas. Hal ini akan mengganggu siswa untuk dapat menerima informasi atau tujuan pembelajaran yang kita sampaikan.
v  Budaya konsumtif : menggantungkan membeli produk yang dibuat orang lain.
v  Kurang kreatif : Tidak mau berinisiatif untuk mempuat produk media pembelajaran sendiri     dikarnakan terbiasa menggunakan produk orang lain. 

Kelebihan media rancangan:
ü  Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan, karena dirancang khusus oleh guru atau dibuat sendiri oleh guru.
Contoh sederhana:
Pada saat pelajaran IPA tentang rangkaian listrik seri dan pararel guru hanya menunjukkan gambar saja dari masing-masing rangkaian listrik tersebut. Hal ini sangat tidak efisien dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kecuali apabila guru bersama-sama murid merancang membuat rangkaian listrik seri dan pararel sendiri jauh lebih berhasil tujuan pembelajaran yang di harapkan. 
ü  Menumbukan kreatifitas : Mampu membuat karya dan mewujudkan ide-ide dalam menciptakan media pembeajaran.
ü  Kebanggan institusi / personil : Karena dengan banyaknya media pembelajaran yang dirancang sendiri oleh guru di sekolah tersebut akan dapat membawa nama harum sekolah. Misalnya karya guru tersebut diikutkan dalam lomba membuat alat pembelajaran. 
Banyaknya media pembelajaran sekarang ini , guru dituntut untuk lebih selektif dalam memilih media untuk dapat memenuhui kebutuhan pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan dapat benar-benar tercapai. Beberapa alasan mengapa pengajar menggunakan / memilih media pengajaran , diantaranya:

Bermaksud mendemonstrasikan

Dalam hal ini media digunakan sebagai alat untuk  mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran.

Contoh:
Ketika seorang guru membelajarkan pelajaran IPA tentang mengamati “ STOMATA” pada daun dengan melihat menggunakan mikroskop. Sebelum siswa meletakkan objek yang akan diamati pada mikroskop, terlebih dulu guru menunjukkan cara kerja mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar , cara ini akan memperlancar proses belajar dan menghindari resiko kerusakan pada alat mikroskop.

Merasa akrab dengan media tersebut( familiarity )

Guru sudah terbiasa dengan media tersebut dan benar-benar sudah menguasai penggunaan media tersebut , jika menggunakan media lain perlu waktu untuk mempelajari, maka secara terus menerus menggunakan media itu-itu saja tanpa ada inovatif.
Misalnya , seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan media OHP ( Over Head Projector ) dan OHT ( Over Head Transparancy ) , kebiasaan menggunakan media tersebut didasarkan atas alasan karena sudah akrab dan menguasai secara detil dari media tersebut, meski sebaiknya seorang guru harus lebih variatif dalam memilih media, dalam konsepnya tidak ada satu media yang sempurna , dalam arti kata dapat digunakan sesuai dengan semua tujuan pembelajaran, sesuai dengan semua situasi dan sesuai dengan karakteristik siswa.
Media yang baik adalah media yang bersifat kontekstual  ( tergantung pada keadaan ) dan realistis ( kenyataan ) kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Jika kita lihat contoh di atas , media OHP cocok untuk mengajarkan hal-hal yang bersifat konsep dan aspek-aspek kognetif, dapat digunakan dengan jumlah siswa maksimal 50 orang dengan ruangan yang tidak terlalu besar dan siswa cenderung pasif tidak melibatkan siswa secara optimal dari segi potensi mental, emosional, dan motor skill, karena motor pembelajaran ada pada guru. Tentu saja OHP kurang tepat mengajaran ketrampilan yang membutuhkan demostrasi, praktek langsung yang membuat siswa lebih aktif secara fisik dan mental. Alasan familiarity tidak selamanya tepat, jika tidak memperhatikan tujuan . meski demikian alasan ini cukup banyak terjadi dalam pembelajaran. 

Untuk memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit ( clarity )

Alasan ketiga mengapa guru menggunakan media adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan lebih kongkrit. Pada praktek pembelajaran masih banyak guru tidak menggunakan media tanpa media , media yang digunakan dengan ceramah ( ekspositori ), cara seperti ini memang tidak merepotkan guru untuk menyiapkan media, cukup dengan menguasai materi , pembelajaran dapat berlangsung, namun apakah pembelajaran ini akan berhasil ? cara seperti ini akan mengakibatkan verbalistis ( hanya lisan ) yaitu pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan persepsi siswa, mengapa hal itu bisa terjadi ? karena pesan yang disampaikan guru kurang kongkrit, jika guru tidak mampu secara detil dan spesifik menjelaskan pesan pembelajaran , maka verbalistis akan terjadi. 

Contoh:
Seorang guru SD mengajarkan bidang studi IPA sedang menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup, diantaranya dapat bernafas dengan insang dan paru-paru. Jika guru tidak cermat mengemas informasi dengan baik hanya ceramah saja maka siswa tidak pernah melihat bentuk insang dan paru-paru makan akan membayangkan bentu-bentuk lain yang tidak sesuai dengan kenyataan. Disinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa menggunakan media adalah untuk membuat informasi lebih jelas dan kongkrit sesuai kenyataan. Alasan ini lebih tepat dipilih guru disbanding dengan alasan kedua.

Menarik minat gairah siswa / belajar aktif ( aktive learning )

Tidak bisa dipungkiri , bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu aspek yang harus diupayakan guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan aktif, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Dalam prakteknya guru tidak selamanya dapat membuat siswa aktif hanya dengan cara ceramah, tanya jawab dan lain-lain namun diperlukan media yang dapat menarik gairah siswa dalam belajar.
Menurut Breggs , media adalah “ alat “ untuk memberi perangsang kepada peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media , Brown ( 1970 ) menggarisbawahi bahwa media yang digunakan oleh guru dan murid dengan baik dapat mempengaruhi proses belajar mengajar .

Contoh :
Pada saat guru akan membelajarkan bahasa Indonesia tentang unsur-unsur cerita dengan menggunakan audio visual dan CD , siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajarannya dikarnakan seakan-akan dapat melihat langsung kejadian dalam cerita tanpa harus membayangkan bagaimana wajah pelaku, karakter pelaku, tempat peristiwa, tokoh antagonis, protagonis, sampai pada akhir cerita. Di sini siswa merasa lebih aktif secara kognitif, afektif, dan psikomotor disbanding dengan cerita yang dibacakan langsung oleh guru. Anak secara langsung akan lebih mudah dapat menyebutkan unsur-unsur dalam cerita. Dan disini , jelas penggunaan  media membawa dampak yang positif dalam pembelajaran. Guru hanya memberikan instruksi-instruksi seperlunya. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengapresiasikan dari cerita yang ditonton melalui media Audio visual dan CD.

Dengan banyaknya pilihan media pembelajaran , guru perlu selektif memilih media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran , perlu memperimbangkan segi positif dan negative dari media yang digunakan, pada dasarnya tiap-tiap media punya karakteristik ( kelebihan dan kekurangan ). Jika media yang dipakai dapat digunakan memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pembelajaran maka perlu digunakan, jika sebaliknya tinggalkan. Mc. M.Connel ( 1974 ) menegaskan “ if the medium fits use it “.


Manajemen Model Diskusi Kelas


PEMBELAJARAN MODEL DISKUSI KELAS
A.    Ruang lingkup pembelajaran model diskusi kelas
1.      Pengertian
Sebelum penulis mengemukakan pengertian metode pembelajaran diskusi kelompok, penulis terlebih dahulu mengemukakan pengertian metode dan pembelajaran. Karena metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Setelah mengemukakan pengertian metode, penulis mengemukakan pengertian pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Menurut Dimyati dan Modjono, pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa: Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi unsu-runsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi siswa, guru dan tenaga lainnya.
Kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah.N.K. ialah guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efesian, mengena pada tujuan yang di harapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dari seorang guru kepada siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan metode yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki. Dalam pengertian umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara varbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran  yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan, diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan peserta didikan yang semuanya itu diserahkan kepada peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun  berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Sedangkan yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok yang setiap masing-masing kelompok yang ditentukan mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/ masalah/ judul pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dan mereka selanjutnya akan membuat kesimpulan atau catatan kecil yang berisikan tuangan pikiran atau pendapat dari kelompok tersebut, dan itu menjadi tugas sekretaris kelompok kemudian diserahkan oleh ketua kelompoknya kepada guru/dosen yang bersangkutan. Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras, bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat. Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi kelompok, yakni Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas pembelajaran.

2.      Dukungan teoritis dan empiris  pembelajaran diskusi kelas
Dukungan teoritis dan empiris strategi buzz group (Diskusi kelompok
kecil) Dukungan teoritis pelajaran diskusi kelas berasal dari ilmu bahasa,
proses komunikatif, dan pola pertukaran gagasan. Studi ini meluas pada
setiap khalayak kumpul bersama. Untuk mempertimbangkan peran bahasa,
mari kita renungkan sejenak tentang banyak situasi sehari-hari, dimana
keberhasilan kita tergantung kebanyakan pada penggunaan bahasa dan
komunikasi. Salah satu diskusi kelas adalah kemampuan untuk menghubungkan
dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial pembelajaran. Sesungguhnya, sistem diskusi merupakan sentral untuk menciptakan pola partisipasi dan konsekuen, memiliki dampak besar terhadap manajemen kelas, pembicaraan antara guru dan para siswanya menjadikan banyak ikatan sosial sehingga kelas menjadi hidup bersama. Arends (1997), disadur Tjokrodiharjo (2003). Diskusi memberikan kesempatan tidak hanya menggunakan pikiran, tetapi bila di kerjakan dengan tepat, dapat membantu siswa membentuk suatu sikap positif terhadap cara berfikir. Pendidikan merupakan wahana yang sangat efektif dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana yang tepat dalam membangun anak bangsa (national character building). Seiring dengan perkembangan zaman peradaban umat manusia pun terus tumbuh dan berkembang. Dalam situasi demikian itu, jika hendak melihat arah perubahan dan masa depan kehidupan bangsa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka miniatur yang paling representatif adalah sistem yang diperankan. Dan strategi buzz group adalah forum diskusi yang berfungsi memecahkan segenap permasalahan yang dalam proses belajar mengajar.



B.     Implementasi pembelajaran
1.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi
Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Langkah Persiapan
·         Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
·         Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
·         Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didikan sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
·         Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

b.      Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
·         Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi
·          Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
·         Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan
·         Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
·         Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c.       Menutup Diskusi
Akhir dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:
·         Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
·         Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya

2.      Syarat-syarat Metode Diskusi
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah:
1.   Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh
2.   Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal.
3.   Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan  pikiran, pendapat atau kritikannya
4.   Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya.

3.      Macam-Macam Diskusi
·         Diskusi Informal
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak longgar. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak ada pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-lainya hanya sebagai anggota diskusi.
·         Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dan pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang guru atau seorang peserta didik yang dianggap cakap. Karena semua talah diatur, maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja berbicara. (berbicara spontan), semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi, diantaranya ialah:
1)      Adanya partisipasi peserta didik yang terarah terhadap peserta didik tersebut.
2)      Peserta didik harus berpikir secara kritis, tidak sembarang bicara.
3)      Peserta didik meningkatkan keberanian.
Kelemahannya antara lain:
1)      Banyak waktu yang terbuang
2)      Diskusi kebanyakan berlangsung di antara peserta didik yang pandai-pandai saja.
·         Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panulis yang biasanya terdiri dan 4-5 orang. Diskusi juga dapat diikuti oleh banyak peserta didik sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta aktif yaitu langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta didik aktif adalah sebagai pendengar.
·         Diskusi symposium
Diskusi simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhir dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantarkan oleh seorang atau lebih pembicara dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap suatu masalah, sedangkan peserta boleh rnengeluarkan pendapat menanggapi yang telah dikemukakan oleh pemrasaran.
Dalam buku Civic Education digambarkan  beberapa model rancangan tata kelas yang memakai metode diskusi:
·         Model lingkaran
Pada model ini para peserta didik hanya duduk dalam sebuah lingkaran tanpa meja untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingakaran ideal dapat juga digunakan untuk diskusi kelompok penuh.


·         Model Konferensi
Model ini dirancang untuk mengurangi dominasi peran pengajar dan menambah peran aktif peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal dan sebagai narasumber jika dosen/guru berada berada di ujung meja. Namun jika duduk di tengah-tengah sisi yang luas dan membaur diantara peserta didik, maka keberadaannya sebagai fasilitator yang mendorong dan memberdayakan potensi peserta didik.
·         Model Corak Tim
Model ini dirancang untuk memudahkan dalam interaksi dan komunikasi pembelajaran yang partisipatif.

4.      Kelemahan dan Keunggulan Metode Diskusi
Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:
·         Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara
·         Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur
·         Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan
Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:
·         Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara
·         Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur
·         Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan
Dalam berdiskusi tidak semua persoalan patut didiskusikan, persoalan yang patut didiskusikan kehendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
·         Menarik perhatian peserta didik
·         Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
·         Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau jawaban, bukan kebenaran lunggal, dan
·         Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar, melainkan menggunakan pertimbangan dan perbandingan.


Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak:
·         Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para peserta didik.
·         Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
·         Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
·         Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.
·         Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
·         Membantu para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan sekolah.
·         Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.
5.      Pemecahan masalah sebagai tujuan diskusi
Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier,dalam Depdikbud, 1983:29). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing  anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan. Menurut Maiyer (Depdikbud,1983:29) dalam diskusi kelompok 127kecil, dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3–7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara 3–7 itu saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1–2 orang. Dalam
diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal. Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan. Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama, karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi. Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah yang didiskusikan adalah prasyarat agar setiap peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi.
Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
6.      Kegunaan Metode Diskusi
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan  apabila kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa: untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang  diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan,  mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu,  metode diskusi dapat melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.