Jumat, 20 Desember 2013

Perbedaan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial


Dibawah ini akan diuraikan perbadaan IPS,baik sebagai mata pelajaran yang diajarkan di tingkat sekolah (SD sampai sekolah menengah) maupun sebagai kajian akademik yang diberikan di tingkat universitas khususnya di LPTK dengan Ilmu-Ilmu Social (Ilmu Murni yang diajarkan di universitas).
      Antara  IPS  (Social Studies) dengan Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences) mempunyai hubungan yang sangat erat, karena keduanya sama-sama mempelajari dan mengkaji hubungan timbale balik antar manusia (human relationships).
      IPS merupakan Pengetahuan terapan yang dilaksanakan dalam kegiatan instuksional di sekolah-sekolah guna mencapai tujuan pendidikan dan pengjaran tertentu,antara lain untuk mengembangkan kepekaan anak didik terhadap kehidupan Sosial di sekitarnya. IPS bukan Ilmu, karena itu IPS tidak menemukan pengetahuan-pengetahuan baru, konsep-konsep baru maupun teori-teori baru malainkan memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan,konsep, dan teori-teori yang telah dikembangkan oleh berbagai disiplin Ilmu Sosial.
      Dan setiap disiplin Ilmu memiliki strukturnya masing-masing yang membedakan antara Ilmu yang satu dengan yang lain. Menurut Jerome S.Bruner, struktur ilmu menyangkut saling hubungan antara ide-ide dasar dari disiplin Ilmu yang  bersangkutan dan memiliki dua dimensi, yaitu:
1.      Dimensi konsepsional ,meliputi konsep-konsep tertentu, prinsip-prinsip,generalisasi,pengertian, dan ide-ide yang mendasari disiplin Ilmu tersebut.
2.      Dimensi metodologis, meliputi pengorganisasian, metode penelitian, pendekatan, yang ditentukan oleh disiplin Ilmu yang bersangkutan.
Hubungan Ilmu Pengetahuan Sosial denga Ilmu-Ilmu Sosial adalah: bahwa Ilmu pengetahuan sosial bersumber pada Ilmu-Ilmu Sosisl. Atau dapat dikatakan ilmu pengetahuan sosial mengambil bahannya dari ilmu-ilmu sosial baik berupa konsep,pengetahuan maupun teori. Ilmu-ilmu sosial yang perlukan dalam rangka pengajaran ilmu pengetahuan sosial terbatas pada ilmu-ilmu yang di anggap sesuai dengan pengetahuan dan perkembangan anak didik. Tidak semua ilmu-ilmu sosial di turunkan kedalam ilmu pengetahuan sosial, tergantung pada tingkat pendidikan dan tingkat kematangan berfikir siswa.
      Secara singkat disini dikemukakan bahwa letak perbedaan antara Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sebagai berikut:
1.      Dilihat dari level-nya, Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) diberikan di tingkat perguruan tinggi/universitas, sedang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diberikan di tingkat sekolah.
2.      Dilihat dari scope dan size-nya Ilmu-Ilmu Sosial jauh lebih luas dibanding Ilmu Pengentahuan Sosial .
3.      Dilihat dari level of difficulty-nya,Ilmu- Ilmu Sosial menyelidiki aneka ragam human relationship yang serba kompleks dan seringkali berhubungan dengan hal-hal yang abstrak dan data-data, konsep-konsep, dan generalisasi yang serba sulit, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial konsep dan generalisasi perlu di sedehanakan agar lebih muda di pahami oleh murid-murid.
4.      Dilihat dari purepose-nya, Ilmu-Ilmu sosial menetapkan kebenaran Ilmiah sebagai focus tujuanya, sedangkan pada Ilmu Pengetahuan Sosial mengarah pada penanaman BASK (Behavior, attitude, Skill, dan Knowledge).
5.      Dilihat dari approach, pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial adalah bersifat disipliner sesuai dengan kehidupan yang menjadi obyek studi berdasrkan bidang Ilmu masing-masing, sedangkan pada pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat intensdisipliner.
6.      Kerangka kerja Ilmu-Ilmu Sosial di arahkan kepada pengembangan teori dan prinsip Ilmiah, sedangkan kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial  lebih di arahkan kepada arti paraktisnya dalam mencari alternative pemecahan masalah Sosilal dan dalam menyusun alternatif pengembangan kehidupan ke taraf yang lebih tinggi.

Minggu, 15 Desember 2013

Audisi Indonesian Idol 2014 di Surabaya



Hobi bukan, seneng g begitu, tpi knapa tiba2 pengen sekali ikutan audisi Idol 2014 itu y...? aha... tak penting
Bukan suara yang aku uji, tapi kepercayaan diri yang paling aku uji. Waktu itu saya ikutan audisi Idol 2014 yang di Surabaya tepatnya di sebelahnya taman malam Kodam hehe... apa nama jalannya y ane lupa xixixi... Keinginan itu datang tiba2 entah dari mana? yah sedikit bercerita..

Waktu itu saya pengen sendiri ikutan Idol tapi maju mundur, dan ternyata teman skelas saya sudah mendaftar. yaudah kami brangkat bareng. .. Pendaftaran online audisi sudah ditutup tpi saya tetep ikutan. Audisi itu dibuka pukul 07 pagi kalau g salah, tpi kita dateng pukul 12an ... coz ikut kuliah dulu sob :) hehe biar dapet nilai...


Ketika di depan gerbang ...... oh tidak..... tetanggaku ternyata jg ada di sana... tpi nganterkan g ikut, tpi y tetep aja saya malu shy shy.... alias isin. Dan..... ketika kami mau masuk, kami juga bertemu dengan teman sekelas kami lainnya..... oh... God.... ternyata tman-tman ini gaul jg ikutan bginian haha... termasuk saya...

Di sana kami melihat para peserta yang begitu bjibunan dengan pakaian ala rocker, dangduter, dsb... tpi saya? Pakai celana kain kyak guru gitu deh... :( tpi tak apa tetep manis :)

setelah kami menunggu, kami dilayani dgn baik oleh para crew audisi... cakep2 pula... hehe
WOW.... ternyata di depan kami ada V J Daniel  ...... tpi biasa aja tuh aye g tertarik ame satunya lagi ada sapa y tuh? peserta idol tahun lalu yg KRIBO.... wuh tmen q langsung kesurupan... KRIBO.....KriBo....

Intinya ane kgak lolos audisi tpi banyak hal yang baru saya jumpai disana.....

wah udah dulu ane capek, mau tidur siang sambil menunggu waktu berbuka puasa :)

semoga menginspirasi bagi para pemuda yg pngen tampil tpi masih maju mundur hehe...
Tapi apa y? yg menginspirasi? wong critanya blum selesai malah foto orgnya yang narsis hahaha...

Media Inovatif


      Nama Media 
Pohon Ajaib
Identifikasi Menurut Kurikulum 2013
-          Kompetensi Inti: 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, maklhuk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
-          Kompetensi Dasar: 3.2 Mengenal bagian tumbuhan serta mendeskripsikan fungsinya.
 Indikator
-          Menunjukkan bagian-bagian tumbuhan.
-          Membedakan ciri-ciri setiap bagian tumbuhan.
-          Mendeskripsikan fungsi setiap bagian tumbuhan.
 Alat dan Bahan Media
           Alat:
-          Cutter
-          Gunting
-          Spidol
-          Penggaris
-          Pensil
Bahan:
-          Lem
-          Steroform tebal 2 cm ukuran 1 x 1 m
-          Steroform tipis 1,5 cm ukuran 1 x 1 m
-          Kertas berwarna (hijau, coklat tua, orange)
-          Benang
-          Kertas bufalo

            Cara Membuat Media
-          Gambar setiap bagian-bagian tumbuhanpada kertas warna
-          Tulis fungsi bagian-bagian tumbuhan pada kertas bufalo lalu lipat-lipat
-          Tempelkan pada steroform tipis, lalu potong sesuai pola tumbuhan
-          Beri lubang pada steroform tipis dengan pola persegi panjang pada setiap bagian tumbuhan
-          Tempelkan steroform tipis ke steroform tebal dan potong steroform tebal sesuai pola steroform tipis.
-          Massukkan lipatan kertas bufalo yang berisi tulisan fungsi setiap bagian tumbuhan pada lubang yang telah dibuat dalam steroform lalu tutup lubang tersebut dengan potongannya.
-          Beri gantungan pada bagian atas media dengan memberi benang.
-          Media pohon ajaib siap didemonstrasi

Simulasi Menggunakan Media dalam Pembelajaran
-          Guru mencoba mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai bagian-bagian tumbuhan
-          Siswa menyebutkan bagian-bagian tumbuhan
-          Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi
-          Siswa mendiskusikan fungsi setiap bagian tumbuhan dengan kelompoknya masing-masing tanpa diberi informasi terlebih dahulu oleh guru
-          Setelah diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas
-          Guru menunjukkan fungsi setiap bagian tumbuhan dengan media pohon ajaib. (guru dapat membuka potongan segi empat yang ada pada setiap bagian tumbuhan)
-          Memberi kesempatan siswa mengajukan pertanyaan
-          Bersama-sama membuat kesimpulan.

Penggunaan Media
Media pohon ajaib ini yang terbuat dari dua lapis steroform. Pada bagian tertentu pohon, terdapat potongan steroform yang di dalamnya terdapat kartu deskripsi. Namun, potongan tersebut tetap dalam keadaan tertutup. Potongan tersebut ditutup dengan sisa potongan steroform. Jadi, kartu deskripsi tidak terlihat dari luar. Guru atau siswa dapat menggunakan media ini dengan cara membuka penutup tersebut dan mengambil kartu deskripsi yang ada di dalamnya yang kemudian dapat diperlihatkan kepada siswa lain. Media ini dapat diletakkan di depan kelas dengan cara digantungkan agar seluruh siswa melihat dengan jelas. Kartu deskripsi di dalam steroform dapat kita lipat-lipat untuk menyesuaikan besar potongan steroform. Jika kartu deskripsi tidak dilipat-lipat menyesuaikan besar potongan steroform, maka tulisan deskripsi harus menyesuaikan besar potongan steroform. Dan dapat dimungkinkan tulisan tersebut terlalu kecil dan tidak dapat dibaca oleh seluruh siswa di dalam kelas. 

Media Pohon Ajaib 


Pengadministrasian Fasilitas dan Aktifitas Laboratorium


Pengadministrasian laboratorium  dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Sistem pengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium. Misalnya dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan budget, memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun dalam mengawasi dan melindungi kekayaan laboratorium. Mengingat laboratorium merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.
Laboratorium sains di persekolahan, tentu akan memiliki kelengkapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan   laboratorium di industri ataupun lembaga penelitian. Perbedaan tersebut sangat rasional karena ketiga lembaga tersebut mempunyai misi yang berbeda. Namun apabila ditinjau dari sudut pengadministrasian  ketiganya memiliki    komponen yang mirip yaitu adanya:
1.      Bangunan/Ruangan laboratorium
2.      Fasilitas umum laboratorium
3.      Peralatan dan bahan
4.      Ketenagaan laboratorium
5.      Kegiatan laboratorium

Dalam pengadaan barang, alat dan zat, ada dua asas yang harus diperhatikan yaitu azas efektivitas  dan azas efisiensi. Azas efektifitas dimaksudkan bahwa dalam pengadaan barang, alat dan bahan hendaknya memperhatikan relevansi terhadap pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan di laboratorium khususnya kegiatan praktikum. Sedangkan azas efisiensi dimaksudkan adalah adanya pengaturan dan penggunaan dana dari sumber dana yang ada secara tepat. Dalam hal ini jangan sampai terjadi penumpukan barang, alat ataupun zat tertentu tetapi tidak digunakan. Oleh karena itu  pengadaan barang, alat dan bahan harus didasarkan atas dasar
“apa yang akan digunakan?” bukan “apa yang diperlukan?”.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar kita dapat membuat rencana pengadaan barang, alat dan zat yang efektif dan efisien, diantaranya adalah :
·         Perangkat program pengajaran (untuk sistem persekolahan)
·         Perangkat instrumen administrasi
·         Sumber dan alokasi dana yang tersedia
·         Perangkat litelatur barang, alat dan  zat
·         Perangkat personel pengelola laboratorium
·         Mekanisme pengadaan barang, alat dan zat
Setelah kita mengidentifikasi jenis dan jumlah alat atau zat dari penuntun praktikum, hendaknya dalam usulan  pengadaan alat atau zat tersebut lengkap dengan spesifikasinya. Khusus untuk pengadaan alat perlu juga mempertimbangkan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.  Nilai pedagogik
2.  Daya guna
3.  Struktur
4.  Ketelitian dan reliabitas
5.  Bahan alat
6.  Ukuran alat
7.  Bentuk alat
8.  Nilai reparasi
9.  Kepraktisan bawa/simpan
10.  Keselamatan
Berikut penjelasan dari kesepuluh syarat pengadaan alat IPA:
·         Nilai pedagogik dimaksudkan yaitu kemampuan suatu alat untuk mempermudah penanaman konsep dan merangsang daya pikir atau mengaktifkan nalar peserta didik.
·         Daya guna alat dimaksudkan yaitu keunggulan suatu alat dengan kemampuan multifungsi untuk dapat digunakan dalam berbagai eksperimen.
·         Struktur alat dimaksudkan adalah tingkat kerumitan rangkaian alat dan kejelasan proses kerja. Struktur alat yang baik hendaknya tidak menyita waktu lama dalam pemasangan tetapi fakta dan proses eksperimen dapat tertunjukkan dengan jelas.
·         Ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (precision) alat dimaksudkan yaitu tingkat keakuratan pengukuran dan keajegan hasil pengukuran. Alat untuk penelitian umumnya diperlukan ketelitian tinggi daripada untuk alat praktikum, akan tetapi alat yang baik untuk keperluan dua hal dimaksud harus mempunyai keajegan pengukuran yang tinggi. Artinya hasil pengukuran terhadap objek sejenis secara berulang harus mendapatkan  hasil pengukuran yang sama.
·         Bahan alat dimaksudkan yaitu bahan dasar suatu alat dibuat, apakah dari logam, gelas, ataukah dari plastik. Alat dengan bahan dasar logam haruslah dipilih yang tahan korosi, alat dengan bahan dasar gelas haruslah dipilih yang tahan panas seperti jenis pyrex, dsb.
·         Ukuran (size) alat dimaksudkan yaitu besar atau kecilnya dimensi alat baik volume, berat, atau panjangnya. Untuk keperluan praktikum yang jumlah  pesertanya banyak hendaknya sudah diarahkan pada penggunaan alat berskala semimikro bahkan mikro, dengan cara ini kita berupaya meningkatkan efisiensi penggunaan zat kimia dan sekaligus menurunkan timbulnya polusi zat buang. Namun untuk keperluan demonstrasi hendaknya dipilih alat  berukuran besar, sehingga percobaan yang dipertunjukkan dapat diamati oleh banyak orang.
·         Bentuk alat  dimaksudkan yaitu penampilan alat maupun artistiknya. Bentuk alat yang diinginkan bergantung kepada keperluan jenis eksperimen yang akan dilakukan, misalnya bentuk termometer yang akan digunakan dalam Calorimeter harus memiliki jarak antara titik nol dan cairan raksa cukup panjang, sehinnga sewaktu termometer dimasukkan ke dalam calorimeter skala nol masih terbaca.
·         Nilai reparasi dimaksudkan yaitu fleksibilitas mudah tidaknya suatu alat untuk direparasi jika terjadi kerusakan. Alat yang baik harus mempunyai nilai reparasi tinggi, artinya mudah direparasi.  Hindarilah pembelian alat yang hanya sekali pakai.
·         Kepraktisan bawa/simpan (portable) dimaksudkan yaitu fleksibilitas mudah tidaknya suatu alat untuk dibawa atau disimpan. Alat yang frekuensi penggunaan tinggi dan jumlah yang digunakan banyak haruslah mempunyai nilai kepraktisan bawa/simpan tinggi. Misalnya pHmeter yang akan digunakan pada praktikum saja lebih cocok dengan pHmeter Stick daripada pHmeter berelektrode gelas terpisah.
·         Keselamatan (safety) dimaksudkan yaitu nilai keamanan alat bila digunakan tidak menimbulkan bahaya bagi pemakai maupun menimbulkan kerusakan bagi alat itu sendiri.

Kamis, 05 Desember 2013

Bentuk Evaluasi


Berbagai bentuk atau cara/teknik  penilaian berbasis kelas untuk mengumpulkan bukti (asesmen) belajar siswa.
1.    Tes
Tes terbagi dua, yaitu tes tertulis dan tes lisan. Tes tertulis terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar  siswa pada ranah kognitif. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis terbagi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif.
a.    Tes Uraian/Esai
Tes uraian dalah butir soal berbentuk pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan tugas harus dilakukan dengan cara mengemukakan pikiran peserta tes secara naratif.  Bentuk tes uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Perbedaan dua tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk menulis dan menyatakan jawaban. Tes uraian bebas memberikan kebebasan yang lebih besar daripada uraian terbatas.
b.   Tes Objektif
Tes objektif adalah tes atau butir soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti. Bentuk tes objektif dapat  mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi.
1)        Jawaban Singkat atau Isian Singkat.
Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
2)        Menjodohkan.
Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
3)        Benar Salah.
Bentuk ini merupakan tes yang sederhana, karena dalam menjawab soal bentuk benar salah, siswa hanya dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menentuak apakah pernyataan yang tertera pada butir soal benar atau salah.
4)        Pilihan Ganda.
Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang bisa terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
·       materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
·       konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
·       bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Contoh Format Penilaian Tes
No.
Nama
Jenis Tes
Rerata Nilai
Keterangan
Benar-Salah
Pilihan Ganda
Menjodohkan
Uraian
1.
Abdi






2.
Tina






3.
….







Catatan:
Kolom jenis tes diisi dengan angka yang sesuai:
10-50 =  kurang
60-70 = sedang
80-90 = baik
90-100 = amat baik
Secara ideal, spesifikasi tes hendaknya sedemikian lengkap, jelas, dan rinci, sehingga dua orang pengembang alat ukur dengan kualifikasi sama yang menggunakan spesifikasi tersebut secara terpisah, masing-masing akan menghasilkan perangkat tes yang setara. Dalam mengembangkan spesifikasi tes kognitif, terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:
1.    Menentukan subjek yang akan dites
Pengenalan siapa yang akan dikenai tes sangat perlu bagi pengembang tes. Hal ini perlu karena penguasaan pelajaran tertentu pada setiap ssiwa di jenjang berbeda akan berbeda pula.
2.    Menentukan tujuan pengukuran
Tujuan pengukuran merupakan hal penting dan yang menentukan dalam pengembangan tabel spesifikasi. Penyusunan suatu instrumen harus didasarkan pada tujuan tertentu. Oleh karena itu, tujuan pengukuran secara jelas harus dirumuskan sejak awal. Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostik tentunya akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi.
3. Menentukan tipe soal yang akan digunakan
Dalam memilihi tipe soal yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
·       Apakah tujuan pengukuran dapat dicapai;
·       Apakah waktu yang tersdia memadai; dan
·       Hubungan antara tipe soal yang digunakan dan tujuan tes, cara pemberian skor, pelaksanaan tes, dan pencetakan tes.
4. Menentukan materi
Terdapat dua kriteria yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi tes yang akan digunakan, yaitu:
adanya kesesuaian materi yang diujikan dengan materi yang telah diajarkan yang dimaksudkan untuk mengetahui siswa mana yang telah mencapai tingkatan pengeahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan tuntutan kurikulum/silabus; danmateri tes hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan proses pembelajaran.Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan materi adalah: urgensi,  kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian.
5. Menentukan jumlah soal
Jumlah soal sangat ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu: tipe soal, cakupan materi soal, dan jenis mata pelajaran.
6. Menentukan sebaran soal
Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sebaran soal, yaitu:
·    jenjang kelas atau semester siswa yang akan dites: jika tes yang akan dilakukan adalah tes semester, maka sebaran butir soal berimbang pada semua cakupan materi yang akan diteskan; jika tesnya adalah tes kenaikan kelas, maka proporsi soal dari materi semester ganjil bisa 30% atau 40% dan ; jika tesnya adalah tes akhir untuk jenjangh sekolah dasar, maka proporsi antara materi kelas 4, 5, dan 6 bisa 2:3:5, atau 1:2:7.
·    aspek kognitif: jika tesnya mencakup C1, C2, dan C3 (dari Taksonomi Bloom), maka proporsi bisa 3:5:2, atau 1:2:1, atau 2:5:3.
·    tingkat kesukaran: proporsi antara soal-soal yang mudah, sedang, dan sukar bisa 3:5:2, atau 1:2:1, atau 2:5:3.
7. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan penjabaran dari tabel spesifikasi. Untuk membuat suatu format kisi-kisi, perlu diperhatikan syarat kisi-kisi, yaitu: kisi-kisi harus mewakili silabus secara proporsional dan tepat; komponen-komponennya diuraikan dengan jelas dan mudah dipahami, dan materi/bahan yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya.
2. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, presentasi hasil penelitian sains sederhana, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, atau aktivitas lain yang bisa diamati. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian unjuk kerja adakah sebagai berikut:
·       Identifikasi semua aspek penting.
·       Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.
·       Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.
·       Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati.
·       Apabila menggunakan skala penilaian, maka menyediakan kriteria untuk setiap pilihan, misalnya: baik, apabila …, cukup, apabila …, kurang, apabila ….
Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek, skala penilaian, atau rubrik.
a.    Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.
Berikut contoh daftar cek.


Contoh Daftar Cek Keterampilan Penggunaan Termometer
Nama peserta didik: ____________________                                               Kelas: _____
No.
Aktivitas yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Menegeluarkan termometr dari tempatnya dengan memegang bagian ujung termometer yang berisi air raksa


2.
Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer srendah-rendahnya


3.
Memasang termometre pada tubuh teman (di mulut atau di ketiak) sehingga bagian yang berisi air raksa terkontak dengan tubuh pasien


4.
Menunggu beberapa menit (membiarkan termometer menempel di tubuh pasien selama beberapa menit)


5.
Mengambil termometer dari tubuh pasien dengan memegang bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa


6.
Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi mata tegak lurus


Skor yang dicapai


Skor Maksimum
6

b.   Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut, misalnya, sangat kompeten – kompeten – agak kompeten – tidak kompeten. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Berikut contoh skala penilaian.
Contoh Skala Penilaian Keterampilan Penggunaan Termometer
Nama peserta didik:___________                        Kelas: _____
No.
Aktivitas yang Diamati
Penilaian
1
2
3
4
5
1.
Mengeluarkan termometr dari tempatnya dengan memegang bagian ujung termometer yang berisi air raksa





2.
Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer srendah-rendahnya





3.
Memasang termometre pada tubuh teman (di mulut atau di ketiak) sehingga bagian yang berisi air raksa terkontak dengan tubuh pasien





4.
Menunggu beberapa menit (membiarkan termometer menempel di tubuh pasien selama beberapa menit)





5.
Mengambil termometer dari tubuh pasien dengan memegang bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa





6.
Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi mata tegak lurus






1: sangat kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: sangat baik.
c.    Rubrik
Rubrik bisa juga digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa. Rubrik adalah pedoman penskoran yang digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa berdasarkan jumlah skor dari beberapa kriteria dan tidak hanya menggunakan satu skor saja. Ini memuat klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan unjuk kerja yang ditampilkan.
Banyak ahli yang meyakini bahwa rubrik bisa meningkatkan hail belajar siswa. Pada saat guru memeriksa hasil karya proyek, guru tersebut akan mengetahui secara implisit tentang bagaimana karya yang baik dan mengapa suatu karya digolongkan baik. Demikian halnya, pada saat siswa menerima rubrik lebih awal, mereka akan memahami bagaimana mereka akan dinilai dan mereka bisa mempersiapkan diri berdasarkan itu. Rubrik tersebut akan berfungsi sebagai scaffolding yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu karya dan pengetahuan mereka.
Pada saat ingin mengembangkan sebuah rubrik, pola berikut bisa digunakan untuk membantu:
·       Tentukan konsep yang akan diajarkan. Identifikasi tujuan pembelajaran yang esensial.
·       Pilihlah kriteria yang akan dinilai. Berikan nama hal yang akan dihasilkan.
·       Kembangkan kisi-kisi dan masukkan konsep serta kriteria yang telah ditentukan.
·       Mintalah pertimbangan dari siswa atau guru lain.
·       Tulislah rubrik yang lengkap untuk kemudian diujicobakan pada siswa.
·       Lakukan revisi jika diperlukan.
Ada dua macam rubrik yang bisa dikembangkan, yaitu: rubrik analitis yang mengidentifikasi dan menilai komponen produk yang telah selesai, dan rubrik holistik yang dipakai untuk menilai unjuk kerja siswa secara menyeluruh.
Contoh rubrik untuk menilai perencanaan penyelidikan.
Contoh Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Perencanaan Penyelidikan
Nilai
Kriteria
4
Amat Baik

·       Merumuskan gagasan secara jelas dan memprediksi apa yang akan diuji.
·       Mengumpulkan informasi awal yang relevan.
·       Merencanakan pelaksanaan penyelidikan secara rinci.
·       Memilih alat dan bahan yang paling tepat.
·       Mengajukan saran perbaikan yang tepat untuk kebutuhan penyelidikan tersebut.
3
Baik
·       Merumuskan gagasan yang perlu diuji dalam percobaan/penyelidikan.
·       Merencanakan suatu urutan pelaksanaan penyelidikan.
·       Memilih alat dan bahan yang cocok.
·       Mengajukan saran perbaikan penyelidikan tersebut.
2
Cukup
·       Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji.
·       Merencanakan percobaan tunggal secara garis besar.
·       Memilih alat dan bahan yang cocok.
·       Dapat menunjukkan adanya kelemahan dari rencana yang dibuat.
1
Kurang
·       Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji.
·       Terdapat banyak kelemahan dalam rencana penyelidikan yang dibuat.
·       Alat dan bahan yang dipilih kurang sesuai.
·       Tidak menyadari adanya kelemahan dari rencana yang dibuat.
0
Sangat Kurang
·       Tidak dapat mengajukan gagasan yang secara benar.
·       Belum memahami langkah-langkah penyelidikan.
·       Alat dan bahan yang dipilih tidak sesuai.

                   Contoh Rubrik Penilaian Tugas Presentasi
Aspek
1
2
3
4
Skor
Pengorga-nisasian
Peserta tidak bisa memahami presentasi karena informasi tidak disampaikan secara runtut.
Peserta mengalami kesulitan memahami presentasi karena penyampaian ide melompat-lompat.
Informasi disampaikan dengan urutan logis yang dapat diikuti oleh peserta.
Informasi disampaikan dengan urutan logis dan menarik, sehingga sangat mudah dipahami oleh peserta.

Pengetahuan
Siswa tidak memahami informasi dan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang hal dipresentasikan.
Siswa tidak menguasai informasi dan hanya mampu menajwab pertanyaan sederhana.
Siswa menjawab dengan mudah pertanyaan tetapi tidak mampu mengulas lebih jauh.
Siswa menunjukkan pengetahuan mendalam dan mampu menjawab pertanyaan dengan ulasan dan penjelasan lebih lanjut.

Grafik
Siswa menggunakan grafik yang kurang penting atau tidak ada grafik.
Siswa kadang-kadang menggunakan grafik, namun kadang-kadang juga tidak mendukung naskah atau presentasi.
Grafik yang ditampilkan terkait dengan naskah atau presentasi.
Siswa menampilkan grafik yang menjelaskan dan mendukung naskah atau presentasi.

Mekanisasi
Siswa menampilkan lebih dari tiga kesalahan ejaan dan kesalahan tatabahasa.
Presentasi memuat tiga kesalahan ejaan dan kesalahan tatabahasa.
Presentasi memuat dua kesalahan ejaan dan kesalahan tatabahasa.
Presentasi tidak memuat kesalahan ejaan dan kesalahan tatabahasa.

Kontak Mata
Siswa hanya  membaca laporan dan tidak ada kontak mata dengan peserta.
Siswa kadang-kadang menggunakan kontak mata, tetapi masih lebih banyak membaca laporan.
Siswa mempertahankan kontak mata, namum masih sering melihat catatan.
Siswa mempertahankan kontak mata dengan peserta dan jarang melihat catatan.





3.    Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu obyek, fenomena, atau masalah. Sikap dapat dibentuk dan merupakan ekspresi perasaan, nilai, atau pandangan hidup yang terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:
o    memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;
o    menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;
o    menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek studi; dan\
o    menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas kegiatan pada obyek tertentu.  Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk penilaian sikap antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1.    Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi  perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
                         Contoh Isi Buku Catatan Harian
No.
Hari/ tanggal
Nama Peserta Didik
Kejadian (Positif atau Negatif)





Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk  merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap.


Contoh Format Penilaian Sikap dalam praktik IPA
No
Nama
Perilaku
Nilai
Keterangan
Bekerja sama
Berinisiatif
Penuh Perhatian
Bekerja sistematis
1.
Mila






2.
Rana






3.






4.







Catatan: Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai:
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = sedang
4 = baik,
5 =amatbaik

2.   Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban.” Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
3.   Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “Perubahan Iklim” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.