PEMBELAJARAN
MODEL DISKUSI KELAS
A. Ruang
lingkup pembelajaran model diskusi kelas
1. Pengertian
Sebelum penulis mengemukakan pengertian metode pembelajaran
diskusi kelompok, penulis terlebih dahulu mengemukakan pengertian metode dan
pembelajaran. Karena metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang
artinya cara. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah
“cara yang telah teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud (dalam
ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam
menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Setelah
mengemukakan pengertian metode, penulis mengemukakan pengertian pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “pembelajaran artinya
proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Menurut Dimyati
dan Modjono, pembelajaran adalah “kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar”.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa: Pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
Kegiatan ini meliputi unsu-runsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur
manusiawi ini meliputi siswa, guru dan tenaga lainnya.
Kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah.N.K. ialah guru
harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efesian, mengena pada tujuan yang di harapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi
pengajaran sebagai alat untuk untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian, metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
dari seorang guru kepada siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.
Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan
memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan metode yang optimal untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari
bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan
menyelidiki. Dalam pengertian umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan
dua atau lebih individu yang berintegrasi secara varbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar
menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Dalam proses
belajar mengajar dalam pendidikan, diskusi adalah suatu cara penyajian/
penyampaian bahan peserta didikan yang semuanya itu diserahkan kepada peserta
didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Sedangkan
yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah sebuah rangkaian kegiatan
pembelajaran kelompok yang setiap masing-masing kelompok yang ditentukan
mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/ masalah/ judul
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dan mereka selanjutnya akan
membuat kesimpulan atau catatan kecil yang berisikan tuangan pikiran atau
pendapat dari kelompok tersebut, dan itu menjadi tugas sekretaris kelompok
kemudian diserahkan oleh ketua kelompoknya kepada guru/dosen yang bersangkutan.
Metode
diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang
dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada
kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan
persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata
pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras, bekerja
sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi
yang tepat. Apabila beberapa pengertian di atas
digabungkan, maka akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode
diskusi kelompok, yakni Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama
memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok
besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman
sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau
mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok
tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide
yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam
belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas
pembelajaran.
2.
Dukungan
teoritis dan empiris pembelajaran
diskusi kelas
Dukungan teoritis dan empiris strategi buzz group (Diskusi
kelompok
kecil) Dukungan teoritis pelajaran diskusi kelas berasal dari ilmu bahasa,
proses komunikatif, dan pola pertukaran gagasan. Studi ini meluas pada
setiap khalayak kumpul bersama. Untuk mempertimbangkan peran bahasa,
mari kita renungkan sejenak tentang banyak situasi sehari-hari, dimana
keberhasilan kita tergantung kebanyakan pada penggunaan bahasa dan
komunikasi. Salah satu diskusi kelas adalah kemampuan untuk menghubungkan
dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial pembelajaran. Sesungguhnya, sistem diskusi merupakan sentral untuk menciptakan pola partisipasi dan konsekuen, memiliki dampak besar terhadap manajemen kelas, pembicaraan antara guru dan para siswanya menjadikan banyak ikatan sosial sehingga kelas menjadi hidup bersama. Arends (1997), disadur Tjokrodiharjo (2003). Diskusi memberikan kesempatan tidak hanya menggunakan pikiran, tetapi bila di kerjakan dengan tepat, dapat membantu siswa membentuk suatu sikap positif terhadap cara berfikir. Pendidikan merupakan wahana yang sangat efektif dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana yang tepat dalam membangun anak bangsa (national character building). Seiring dengan perkembangan zaman peradaban umat manusia pun terus tumbuh dan berkembang. Dalam situasi demikian itu, jika hendak melihat arah perubahan dan masa depan kehidupan bangsa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka miniatur yang paling representatif adalah sistem yang diperankan. Dan strategi buzz group adalah forum diskusi yang berfungsi memecahkan segenap permasalahan yang dalam proses belajar mengajar.
kecil) Dukungan teoritis pelajaran diskusi kelas berasal dari ilmu bahasa,
proses komunikatif, dan pola pertukaran gagasan. Studi ini meluas pada
setiap khalayak kumpul bersama. Untuk mempertimbangkan peran bahasa,
mari kita renungkan sejenak tentang banyak situasi sehari-hari, dimana
keberhasilan kita tergantung kebanyakan pada penggunaan bahasa dan
komunikasi. Salah satu diskusi kelas adalah kemampuan untuk menghubungkan
dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial pembelajaran. Sesungguhnya, sistem diskusi merupakan sentral untuk menciptakan pola partisipasi dan konsekuen, memiliki dampak besar terhadap manajemen kelas, pembicaraan antara guru dan para siswanya menjadikan banyak ikatan sosial sehingga kelas menjadi hidup bersama. Arends (1997), disadur Tjokrodiharjo (2003). Diskusi memberikan kesempatan tidak hanya menggunakan pikiran, tetapi bila di kerjakan dengan tepat, dapat membantu siswa membentuk suatu sikap positif terhadap cara berfikir. Pendidikan merupakan wahana yang sangat efektif dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana yang tepat dalam membangun anak bangsa (national character building). Seiring dengan perkembangan zaman peradaban umat manusia pun terus tumbuh dan berkembang. Dalam situasi demikian itu, jika hendak melihat arah perubahan dan masa depan kehidupan bangsa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka miniatur yang paling representatif adalah sistem yang diperankan. Dan strategi buzz group adalah forum diskusi yang berfungsi memecahkan segenap permasalahan yang dalam proses belajar mengajar.
B. Implementasi
pembelajaran
1. Langkah-langkah Penggunaan Metode
Diskusi
Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
·
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap
peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan
sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
·
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai
·
Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat
ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang
terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didikan
sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
·
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan diskusi adalah:
·
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi
kelancaran diskusi
·
Memberikan pengarahan
sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai
serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
·
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau
iklim belajar yang menyenangkan
·
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
·
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah
pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:
·
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi
·
Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya
2. Syarat-syarat Metode Diskusi
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah:
1.
Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh
2.
Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan
lebih awal.
3.
Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik
untuk mengajukan pikiran, pendapat atau kritikannya
4.
Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada
pokoknya.
3. Macam-Macam Diskusi
·
Diskusi Informal
Diskusi ini terdiri dari satu
diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit.
Peraturan-peraturannya agak longgar. Dalam diskusi informal ini hanya seorang
yang menjadi pimpinan, tidak ada pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-lainya
hanya sebagai anggota diskusi.
·
Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu
diskusi yang serba diatur dan pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi
dipimpin oleh seorang guru atau seorang peserta didik yang dianggap cakap.
Karena semua talah diatur, maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja
berbicara. (berbicara spontan), semua harus diatur melalui aturan yang dipegang
oleh pimpinan diskusi, diantaranya ialah:
1)
Adanya partisipasi peserta didik yang terarah terhadap peserta didik tersebut.
2)
Peserta didik harus berpikir secara kritis, tidak sembarang bicara.
3)
Peserta didik meningkatkan keberanian.
Kelemahannya antara lain:
1)
Banyak waktu yang terbuang
2)
Diskusi kebanyakan berlangsung di antara peserta didik yang pandai-pandai saja.
·
Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan
suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panulis yang biasanya terdiri
dan 4-5 orang. Diskusi juga dapat diikuti oleh banyak peserta didik sebagai
peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta
aktif yaitu langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta didik aktif adalah
sebagai pendengar.
·
Diskusi symposium
Diskusi simposium adalah metode
mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas
kepada peserta didik. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang
masalah yang dibahas, maka simposium diakhir dengan pembacaan kesimpulan hasil
kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam simposium,
masalah-masalah yang akan dibicarakan diantarkan oleh seorang atau lebih pembicara
dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap
suatu masalah, sedangkan peserta boleh rnengeluarkan pendapat menanggapi yang
telah dikemukakan oleh pemrasaran.
Dalam buku Civic Education
digambarkan beberapa model rancangan tata kelas yang memakai metode
diskusi:
·
Model lingkaran
Pada model ini para peserta didik
hanya duduk dalam sebuah lingkaran tanpa meja untuk interaksi berhadap-hadapan
secara langsung. Model lingakaran ideal dapat juga digunakan untuk diskusi
kelompok penuh.
·
Model Konferensi
Model ini dirancang untuk mengurangi
dominasi peran pengajar dan menambah peran aktif peserta didik. Susunan ini
dapat membentuk perasaan formal dan sebagai narasumber jika dosen/guru berada
berada di ujung meja. Namun jika duduk di tengah-tengah sisi yang luas dan
membaur diantara peserta didik, maka keberadaannya sebagai fasilitator yang
mendorong dan memberdayakan potensi peserta didik.
·
Model Corak Tim
Model ini dirancang untuk memudahkan
dalam interaksi dan komunikasi pembelajaran yang partisipatif.
4. Kelemahan dan Keunggulan Metode
Diskusi
Ada beberapa kelemahan metode
diskusi antara lain:
·
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2
atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara
·
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur
·
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan
Ada beberapa kelemahan metode
diskusi antara lain:
·
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2
atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara
·
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur
·
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan
Dalam berdiskusi tidak semua
persoalan patut didiskusikan, persoalan yang patut didiskusikan kehendaknya
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
·
Menarik perhatian peserta didik
·
Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
·
Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau jawaban,
bukan kebenaran lunggal, dan
·
Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar,
melainkan menggunakan pertimbangan dan perbandingan.
Teknik diskusi sebagai metode
belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak:
·
Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh
para peserta didik.
·
Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menyalurkan kemampuannya masing-masing.
·
Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang apakah
tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
·
Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan
praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.
·
Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan
peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
·
Membantu para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan
berbagai masalah yang dilihat baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta
didikan sekolah.
·
Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi
bukanlah hanya percakapan atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada
masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode
diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan
murid berdiskusi.
5. Pemecahan masalah sebagai tujuan
diskusi
Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi
(Maier,dalam Depdikbud, 1983:29). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran
dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif
pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya
alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk
berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak
menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal,
maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan. Menurut Maiyer
(Depdikbud,1983:29) dalam diskusi kelompok 127kecil, dapat meningkatkan siswa
untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana guru
menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah
anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok
diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3–7 anggota.
Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara 3–7 itu
saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1–2 orang. Dalam
diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal. Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan. Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama, karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi. Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah yang didiskusikan adalah prasyarat agar setiap peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi.
Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal. Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan proses diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan. Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah meredakan ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama, karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi. Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah yang didiskusikan adalah prasyarat agar setiap peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil manakala peserta diskusi belum memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang didiskusikan. Dalam diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi.
Tujuan penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
6. Kegunaan Metode Diskusi
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan
diperlukan apabila kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa:
untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam
diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang
diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi
dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun
hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori,
dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode diskusi dapat
melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk
mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan
dengan pendapat yang dikemukakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar