Ilustrasi Masalah :
Seorang
Ibu yang sedang mengajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas enam di
sebuah sekolah dasar menghardik salah seorang murid sebut saja si A karena
kesulitan untuk menangkap penjelasannya. Padahal dia sudah mengulangi penjelasannya
lebih dari tiga kali. Ketika marah terhadap anak tersebut, tanpa dia sadari dia
mengeluarkan kata – kata yang tidak sepantasnya dikatakan oleh seorang
pendidik. Dengan nada sangat kesal si ibu guru berujar “kamu ini kenapa sudah
saya jelaskan empat kali masih saja tidak paham.. bisa mikir tidak sih… semua
teman – temanmu sudah dapat memahami tapi kamu masih saja belum” si A yang
berada di hadapan ibu guru tersebut hanya menundukkan kepalanya.
Pertanyaan
1. Masalah
apa yang sedang terjadi ?
2. Apakah
anda setuju / tidak setuju dengan kejadian tersebut ? kemukakan alasan setuju /
tidak setuju ?
3. Apa
penyebab dan akibat yang ditimbulkan dengan kasus tersebut ?
4. Jika
terjadi di kelas anda, bagaimana anda menyikapi masalah tersebut ?
Jawaban:
1. Masalah yang terjadi adalah seorang siswa mengalami
kesulitan menangkap materi yang disampaikan oleh gurunya walaupu sudah materi
tedrsebut diulang sebanyak tiga kali
oleh guru. Namun, dengan masalah yang dialami oleh salah satu muridnya, guru
tersebut malah memarahi anak tersebut dengan kata-kata yang dapat menyurutkan
semangat belajarnya.
2. Tidak setuju, karena kesulitan belajar yang dialami
belajar anak dalam kelas belum tentu karena salah dirinya sendiri, tapi bisa
saja kesulitan belajar anak berasal dari metode dan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik anaknya. Jadi kemarahan
yang dilihatkan oleh guru kepada muridnya malah akan menyurutkan semangat
belajar anak dan prestasi belajar anak yang sebenarnya dapat ditingkatkan malah
sedikit demi sedikit menurun.
3. Penyebab kasus di atas terjadi, antara lain karena:
1.
Pendidik
Faktor
penyebab yang paling utama dalam kesalahan mendidik siswa adalah pendidiknya. Peserta
didik sulit untuk diarahkan dan dibina oleh peserta didik karena peserta didik
kurang mampu untuk memahami karakteristik anak tersebut, sehingga dalam
mengarahkan dan mendidik, guru sering kali menggunakan penyelesaian masalah
yang tidak sesuai dengan masalah yang dialami peserta didik.
2.
Faktor Keturunan
Walaupun tidak
sepenuhnya faktor keturunan berpengaruh terhadap kesulitan belajar anak tersebut, tapi juga
tidak sedikit orang yang dalam satu garis keturunan memiliki kemampuan untuk
membaca, menulis, dan mengeja bahkan mengitung, serta kesulitan belajar yang
sama.
3.
Gangguan Fungsi Otak
Ada pendapat yang
menyatakan bahwa anak
yang lamban dalam belajar mengalami gangguan dalam syaraf otaknya. Penelitian
menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami
kelambanan atau kesulitan belajar dengan anak yang abormal. Hanya saja anak yang mengalami
kelambanan belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak. Oleh karena
itu, para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya,
kecuali ahli syaraf membuktikan masalah ini. Sebenarnya sangat sulit untuk membuktikan
dan memastikan bahwa kelamban
atau kesulitan belajar itu disebabkan cedera otak.
4.
Pengorganisasian
Berpikir
Siswa yang mengalami
kelambanan atau kesulitan belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima
penjelasan tentang pelajaran. Salah
satu penyebabnya adalah mereka tidak mampu mengorganisasikan cara berpikirnya
secara baik dan sistematis. Misalnya anak yang sulit membaca akan sulit pula
merasakan atau menyimpulkan apa yang dilihatnya.
5.
Kekurangan Gizi
Ada kaitan yang erat
antara kekurangan gizi
dengan kelambanan belajar, artinya kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab
terjadinya kelambanan belajar.
Banyak bukti menyatakan bila
pada awal pertumbuhan anak sangat kekurangan gizi, keadaan itu akan berpengaruh
terhadap perkembangan syaraf utamanya sehingga menyebabkan kurang baik dalam
proses belajarnya.
6.
Faktor Lingkungan
Ada banyak faktor yang
tidak menguntungkan terhadap perkembangan mental anak, baik yang datangnya dari
keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa
perasaan hati, tekanan keluarga, atau kesalah pola asuh yang diterapkan pada
anak. Meskipun faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar tetapi
bukan merupakan satu-satunya faktor
penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun yang pasti faktor tersebut dapat
mengganggu daya ingat dan daya pikir serta konsentrasi pada anak.
7.
Model Pembelajaran
dan Metode Pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran, metode dan model pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam perkembangan berpikir peserta didik. Ketika seorang guru mampu
memanfaatkan metode dan model pembelajaran yang ada serta dikombinasikan dengan
teknik-teknik pembelajaran lainnya, maka siswa akan merasa tidak bosan,
prestasi dapat meningkat, dan juga dapat meningkatkan daya kreatifitas peserta
didik. Namun, apabila guru tidak dapat memanfaatkan metode dan model
pembelajaran yang tersedia atau bahkan salah menerapkannya pada peserta didik,
maka yang terjadi malah sebaliknya. Peserta didik merasa bosan, sulit untuk
menerima materi yang diberikan, dan prestasi belajar dapat menurun.
Akibat yang ditimbulkan dari kekesalan guru tehadap
muridnya:
Ø Akan mengganggu mentalnya
terlebih ketika ia dewasa.
Ø Membuat anak menjadi
keras kepala dan parahnya akan membuatnya ia menjadi tidak percaya diri yang
berlebihan.
Ø Memarahi
anak akan membuatnya takut untuk bereksplorasi.
Ø Enggan mengemukakan pikiran,
gagasan, pendapat, atau melakukan sesuatu.
Ø Kewibawaan seorang guru akan menurun di mata anak
tersebut, anak sudah tidak lagi menghiraukan perkataan yang diungkapkannya dan
malah bertindak menyimpang dari aturan sebenarnya.
Ø Membuat anak tersebut menjadi
kurang empatik,
Ø Anak
tersebut akan menjadi agresif dan mudah depresi dibandingkan anak lainnya.
Ø Kemarahan
dapat mengurangi kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, entah itu di lingkungan sekolah,
rumah, atau pun masyarakat
4. Solusi
dalam mengatasi masalah di atas adalah:
Ø Berusaha
untuk mengungkap kemampuan, bakat dan kecenderungannya dengan berbagai cara
serta memperhatikan perkembangannya,
tidak dengan emosi yang secara langsung diperlihatkan kepada anak.
Ø Berusaha untuk selalu
membuatnya merasa bahagia sehingga bakat dan kemampuannya tampak serta tidak
mengecam dan mencelanya terus menerus.
Ø Mengembangkan
kemampuan dirinya dan memberikan semangat untuk dapat mengejar pelajaran yang
ketinggalan serta selalu memotifasinya.
Ø Membangun
hubungan yang baik antara pihak rumah dengan sekolah dengan cara menanyakan
perkembangannya secara terus menerus. Diharapkan juga pihak orang tua berkunjung
ke sekolah untuk mengenali para gurunya dan teman-temannya.
Ø Mencari
sebab-sebab yang menjadikan anak mengalami gangguan dalam belajar serta
mempelajari cara-cara mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar